1. Metal Inert Gas (MIG): Menggunakan elektroda logam dan menggunakan gas inert (Argon, Helium) untuk menghindari inklusi atau pengotor oksida. Gas inert sangat dibutuhkan untuk logam yang reaktif terhadap atmosfir udara seperti: Al, Mg, Ti.
Gambar 1. Skema MIG.
2. Shield Metal Arc Welding (SMAW): Menggunakan elektroda logam. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur listrik dan daerah las di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar.
3. Tungsten Inert Gas (TIG): Elektrodanya khusus menggunakan Wolfram. Titik cair elektroda wolfram yang sampai 3410oC membuat ia tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Menggunakan gas inert Argon dan atau Helium. Gas inert untuk logam yang reaktif terhadap atmosfir udara seperti: Al, Mg, Ti.
4. Gas Metal Arc Welding (GMAW): Menggunakan elektroda logam, dengan gas pelindung tidak harus inert, misalnya CO2 (hanya untuk pengelasan carbon steel & low alloy steel).
5. Plasma Arc Welding (PAW): PAW sama dengan TIG menggunakan elektroda wolfram (tidak meleleh), filler diumpan secara manual. Perbedaannya pada PAW tedapat gas plasma yang mengandung ion positif dan negatif, sehingga hasil penetrasi dari PAW lebih dalam karena konsentrasi energi lebih besar, dan daerah Heat Affected Zone (HAZ) relatif lebih kecil karena ada plasma gas, stabilitas busur lebih baik dari TIG.
6. Submerged Arc Welding (SAW): Elektroda dalam bentuk kawat diumpankan ke kampuh las benda kerja secara kontinyu dan ditutup dengan flux dalam bentuk serbuk halus. Busur listrik tercipta diantara elektroda dan benda kerja namun tidak terlihat karena elektroda tertutup oleh flux.
7. Friction welding: 2 buah benda kerja ditekan dan diputar sehingga akibat friksi keduanya akan timbul panas yang selanjutnya dipakai untuk proses penyambungan.
Gambar 7. Skema Friction Welding.
8. Friction stir welding: penyambungan dua buah logam dengan menggunakan probe yang berputar serta berjalan, menghasilkan gesekan, lalu menimbulkan panas, lalu logam menjadi plastis tapi tidak sampai meleleh dan terjadi penyambungan di antara keduanya.
Gambar 8. Skema Friction Stir Welding.
9. Spot Welding: Dua elektroda yang berbentuk silinder diletakkan pada kedua permukaan logam, lalu ditekan. Panas yang dihasilkan dari tahanan dikombinasikan dengan pemberian tekanan yang akan menghasillkan Spot Welding, panas tersebut akan berakibat terbentuknya nugget pada permukaan sambungan dari dua benda kerja.
10. Seam Welding: Prinsip panas yang dihasilkan sama dengan spot welding, namun Pengelasan dilakukan dibanyak titik (continuous) yang Menghasilkan banyak nugget yang berurutan.
11. Projection Welding: mengkonsentrasikan arus dan tekanan elektroda pada daerah yang akan dilas yang telah dipersiapkan sebelumnya sehingga aliran arus terfokus pada titik kontak yang terbatas
Gambar 11. Skema Projection Welding.
12. Flash Welding: mengkombinasikan tekanan dari samping dan panas dari arus listrik. Salah satu dari jenis Resistance welding, dimana tahanan dihasilkan dari gap atau celah antara 2 komponen.
Gambar 12. Skema Flash Welding.
13. Oxy-Acetylene Welding: Panas dihasilkan dari gas yang berasal dari campuran oxygen dan fuel (acetylene).
Gambar 13. Skema Oxy-Acetylene Welding.
14. Electron Beam Welding: Elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi, energi kinetik dari elektron tersebut ditransformasikan menjadi energi panas untuk melelehkan filler atau weld metal.
Gambar 14. Skema Electron Beam Welding.
15. Laser Beam Welding: Menggunakan panas yang dihasilkan dari laser (energi radiasi elektromagnetik).
Jujur saya masih belajar, terimakasih atas ulasannya sangat membantu…
Senang bisa membantu. Terima kasih sudah berkunjung